Sejak 2011 lalu, Suriah dilanda perang saudara. Peperangan tak hanya terjadi secara fisik di medan laga, namun perang antara kelompok pemberontak militan dan pemerintah berkuasa Suriah ini juga terjadi di ranah maya.
Terkini, menurut laporan perusahaan keamanan cyber asal Amerika Serikat (AS), FireEye, kelompok hacker yang bekerja untuk rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad lebih unggul dibanding kelompok hacker yang berafiliasi dengan pihak pemberontak.
Belakangan FireEye telah melihat strategi perang cyber baru diterapkan kelompok hackerpro-pemerintah yang disebut dengan teknik 'catfishing'. Dengan mengadopsi teknik ini, kelompok hacker akan membuat sejumlah akun Skype palsu yang mencitrakan seorang gadis cantik dan seksi.
Akun-akun wanita seksi ini akan menjadi alat untuk 'memancing' para pemberontak yang kerap melakukan chatting online via Skype. Umumnya para pemberontak akan tertarik untuk mengajak chatting akun-akun yang menggunakan foto profil wanita seksi.
Setelah terjadi perbincangan, hacker yang berpura-pura sebagai wanita seksi akan mulai mengorek informasi terkait jenis komputer yang digunakan kelompok pemeberontak, sistem operasi yang diadopsi hingga identitas jaringan internet.
Menurut FireEye, tingkat keberhasilan strategi ini sangat signifikan. Para pemberontak yang ber-chatting ria dengan akun palsu itu tidak menyadari bahwa informasi yang dikorek akan membahayakan mereka.
Dengan strategi catfishing, FireEye mencatat hingga kini kelompok hacker pro-pemerintah setidaknya telah berhasil mencuri 7GB data-data penting milik pemberontak militan.
"Spionase cyber dipahami sebagai cara untuk mencapai keunggulan informasi untuk tujuan strategis menyerang lawan. Berbagai jenis malware yang kami temukan dalam perang cyber di Suriah juga membuktikan bahwa data-data yang diincar akan sangat berpengaruh pada hasil peperangan di medan laga," tulis laporan FireEye seperti yang dikutip dari Gizmodo, Selasa (3/2/2015).